Tak Tahu Terima Kasih





Ketika Indonesia sudah bisa membuat pesawat, negara lain baru bisa membuat kereta api. Karya anak bangsa yang sempat terbang, meski harus jatuh lagi. Terlepas apapun yang terjadi. Ternyata kita langsung saja "menghujat" kegagalan seseorang. Padahal orang tersebut telah menmgorbankan waktunya, keuntungan pribadinya dan dirinya agar bisa membuat Indonesia bermartabat di era awal kemerdekaan.

Sering kali kita lebih melihat cacat seseorang dari pada kelebihannya. lalu membuang jauh-jauh kelebihan seseorang itu dari hadapan kita. Padahal kita sendiri belum mampu melakukan apa yang telah ia lakukan dan korbankan.

Terlepas dari apa saja kekurangan dalam masa pemerintahan Pak Habibie, kita ternyata menjadi bangsa yang tidak tahu terima kasih. Setelah kegagalan yang belum sempat diperbaiki, semua tentang Pak Habibie seperti dibuang jauh ke dalam samudra.

Pun dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto. Beliau memang terkenal sebagai pemimpin otoriter. Terlebih bagi umat Islam. Pengajian dilarang, memakai jilbab dilarang, bahkan sedikit berbeda pandangan akan disiapkan peluru. Tapi apakah yang dilakukan beliau semuanya buruk. Saya masih meyakini, manusia masih dibekali akal yang bisa membedakan yang baik dan tidak. Pasti ada satu sisi positif seseorang sebejat apapun orang itu. Terlebih orang sekelas Pemimpin.

Terlepas dari kejahatan jabatan yang dilakukan Pak Harto, bukankah nyatanya kita belum bisa memberikan solusi ekonomi dan pembangunan untuk bangsa ini seperti yang telah beliau lakukan. Tapi ternyata kita langsung membuang semua hal yang berkaitan tentang beliau hanya karena kesalahan beliau.Ibarat kita mempunyai baju. Setelah dipakai langsung dibuang. Kita sangat kaya memang. Hingga saat ini belum juga terwujudkan.

Padahal kita adalah bangsa yang terkenal dengan sopan santunnya. Kitalah bangsa yang terkenal menjaga etika dengan yang lebih tua, muda, bahkan sejajar. Jika kita tidak bisa menghargai pemimpin kita, bagaimana kita bisa menghargai bagsa kita. Terlebih lagi, bagaimana kita bisa menghargai "bawahan" kita. Bukankah pemimpin adalah wajah dari yang dipimpin.

Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Hanya malaikat yang tak pernah melakukan dosa. Jika kita marah dengan kesalahan orang, kenapa kita tak marak dengan kesalahan kita sendiri?

~ Mba Luthfun ~

1 komentar:

Baik atau Buruk ?! Life is Choice ...

SEJAK AWAL, manusia itu merupakan makhluk yang paling ababil di antara makhluk hidup yang ada. Kata ababil sendiri merupakan dari singkatan ABG labil yang jika dicari di KBBI – Kamus Besar Bahasa Indonesia – akan didapatkan arti labil /la•bil/ adalah  1 goyah; tidak mantap; tidak kokoh (tt bangunan, pendirian, dsb). Nah?! Kenapa makhluk yang paling labil ?? let’s check this reality : pernah gak temen-temen masuk ke sebuah toko buku dan tujuan kesana hanya ingin membeli buku A, namun ternyata di akhir pembelian buku A akan menjadi beberapa buku yang lain + ATK – ATK lainnya. Atau ketika di akhir semester melihat nilai IP yang tidak sesuai target, lalu teman-teman seketika ber’janji’ akan serius kuliah, tugas-tugas tidak dikerjakan ketika hari H pengumpulan dan tidak akan “ ketiduran “ dalam kelas. Namun di tengah perjalanan kuliah, semua hal itu hilang seketika dan di akhir semester itu pun teman-teman akan menyesal dan ber’janji’ (lagi). Yaa itulah manusia makhluk paling ababil, makhluk yang diciptakan bukan seperti robot yang bekerja sesuai input perintahnya. Karena pada dasarnya kita memiliki perasaan yang berkerjasama dengan otak kita. Inilah yang merupakan hal special  yang diberikan-Nya pada kita, kita bisa bergerak sesuai keinginan dan kemauan kita sendiri.

Namun dibalik semua hal itu, perlu kita ingat bahwa orang yang bebas dan tidak terikat oleh sebuah aturan, seperti layaknya seekor rusa yang tidak ikut dengan rombongannya dan siap menjadi santapan seekor singa bersama rombongannya. Jadi, seharusnya yang mengatur kehidupan kita bukanlah perasaan, namun kitalah yang mengatur perasaan untuk kehidupan kita. Life is choice, to be good or to be bad. Tidak pernah ada namanya menjadi netral dalam hidup ini karena akhir dalam perjalanan kita hanya 2 pilihan memasuki surga atau menemani iblis di neraka. Terkadang kita suka mencari berbagai alasan untuk melindungi “ kemauan “ kita agar bisa kita ‘anggap’ bahwa ini baik –menurut kita- . Seperti ketika mencontek ketika ujian, “ Ya ini baik untuk mendapatkan nilai dan membanggakan orang tua “ atau ketika orang lagi cinta monyet, “ Ya ini kan proses menuju pernikahan, harus saling kenal lebih dalam bukannya nikah sebagian dari iman “. Ini salah satu dari berbagai fenomena yang membuktikan kita sebagai manusia suka mencari alasan dan tidak mau jujur mengatakan hal yang kita lakukan itu salah karena pada dasarnya hati itu tidak pernah berbohong namun setan-lah yang menghembuskan angin kebohongan itu. Ketika kita SD hingga SMA diajarkan bertata krama sopan dan beragama yang taat –pelajaran PKN dan Agama- namun ilmu itu hilang seketika nafsu atau perasaan keinginan kita lebih besar, kalau begitu lebih baik kita tidak usah sekolah dan tidak membuang-buang harapan dan uang orang tua kita. Ya itulah manusia, sok beralasan “ ini kan manusiawi, tempatnya salah dan khilaf “ – nah, kalau salah mulu kapan baiknya, apa ketika sudah tua yang notabene akan ingat mati, telat banget bro -.

Life is choice | mau menumpuk dosa atau pahala ketika hidup ini | mau menumpuk prestasi atau kemalasan ketika hidup ini | mau sukses atau gagal ketika hidup ini |mau tidur sedikit atau tidur banyak ketika hidup ini | mau berguna atau digunakan|. Semua penuh pilihan, dan setiap pilihan perlu ada pengorbanan. Kalau mau ingin menjadi pilihan yang baik, maka waktu,tenaga hingga perasaan perlu di korbankan. Entah nanti akan di’julukinsok pintar, sok cerdas ataupun sok alim, inilah pengorbanan – dengan syarat kita harus jauh akan sifat riya’ -. Atau mau menjadi pilihan yang tidak baik, hidup bahagia,senang dan mengikuti perasaan atau kemauan kita namun yang dikorbankan nantinya adalah masa hidup kekal di akhirat nanti. Karena sebenarnya menjadi baik adalah sebuah kepastian dan menjadi tidak baik adalah sebuah pilihan. So, di akhir tulisan ini penulis ingin menyampikan bahwa cap ababil pada manusia sebenarnya merupakan kebohongan hati kita sendiri akan suatu hal kebenaran yang sudah pasti cara mendapatkannya dan apa yang akan didapatkannya. Now, what is your choice ? :D

~ by : rezhaditya ~

1 komentar:

WM'S Profil

PROFIL WRITING MENTORSHIP UGM

JIWA CENDEKIA !!!

Start from the end. Mulakan dari akhir. Akhir yang menjadi akhir segalanya. Kembali ke Tuhan Semesta Alam. Tuhan telah memuliakan derajad orang yang berilmu.  Tiada yang menolak, pun tiada yang meragukan statement ini. Karena nurani selalu membenarkan yang benar. Tradisi keilmuan tak pernah lepas dari menulis. Dengan tinta para ulama dan darah para syuhada lah peradaban yang beradab tercipta. Karena setiap peradaban tanpa ilmu akan hilang, mati meninggalkan bau busuk. Mewariskan kerusakan di muka bumi, hingga sejarahnya lekat membekas. Peradaban, ilmu, menulis dan tujuan hidup rupanya bertalian dalam simpul yang indah.

Namun tak terelakkan, tradisi menulis semakin memudar dalam keseharian kalangan mahasiswa. Memang  begitu berjarak kita dengan cendikia terdahulu. Yang menjadikan ilmu sebagai oase kehausan jiwa akan kemuliaan. Hingga sisa rautan pensilnya dapat menyalakan api tungku. Ah, jauh nian. Maka berbekal kecemburuan yang mendalam, akan indahnya budaya insan beradab. Writting Mentorship hadir di peredaran pada 5 Maret 2012. Untuk merekatkan kembali ilmu dan tulisan. Melodi indah antar pelajar dan budaya keilmuan. Menemukan kembali ilmu dan pengikatnya.

Hanya sedikit saja kita, tak pula ahli benar dalam menulis. Hanya sekelompok mahasiswa UGM yang mengembalikan hakikat cendikia kepada budayanya. Dengan ketelatenan dan kesabaran tak kenal lelah seorang mentor, kita bersama belajar mengayunkan pena.

Kita pun memiliki mimpi yang membumbung tinggi. Globalisasi yang dulu bagaikan ilusi kini telah menjadi pemandangan sehari hari. Hal inilah yang akhirnya mendorong semua penulis muda untuk membentangkan sayap selebar lebarnya, menembus batas: MENULIS MENDUNIA!

FORUM KITA:

Menulis:

Tiada yang lebih dekat dengan person dalam forum kepenulisan kecuali menulis itu sendiri. Dari karya karya sederhana.Terantuk antuk. Memulai tradisi menulis pada tiap penulis muda. Setelahnya, mentor kami lah yang sibuk. Membaca satu persatu karya dan memberi komentar atasnya.

Mentoring:

Forum temu muka ini dapat diisi apapun. Pemberian materi dari mentor kepada penulis muda, mendiskusikan tulisan penulis muda, ataupun suntikan motivasi untuk terus menulis. Mentoring bisa dimana saja, tempat yang nyaman dan menyenangkan. 

Kunjungan Tokoh:

Penulis muda belajar dari banyak sumber. Karena kita tahu, ilmu di segala penjuru menanti kita. Beberapa silaturahim yang telah terjalin, diantaranya:

A. Forum Lingkar Pena Jogja
B. Bimo Forssalam
C. Pak Yusuf Maulana (Editor Pro U Media)
D. Ibu Afifah Afra (Penulis)

Bedah karya:

Mendiskusikan karya penulis penulis yang penuh inspirasi hingga menambah wawasan dan menularkan energi positif pada penulis muda. Bedah karya yang terdekat akan dilaksanakan bulan Maret 2013, insyaAllah.

Mendunia! :

Ialah salah satu cita kami di Writing Mentorship. Maka kami memberanikan diri untuk mengirim tulisan kami di media yang ada. Beberapa tulisan penulis muda sudah dimuat di media, bahkan salah satu penulis muda telah menjadi kontributor dalam sebuah buku. Semoga karya karya kita senantiasa menginspirasi dunia J


PENULIS MUDA:

Ridwan Budiman ; Cipuk Wulan Adhasari ; Fathih Kaldani; Iftor Ilyas Rizky ; Lya Lutfuntika ; Muhammad Hari ; Rani Kilatsih ; Rezha Aditya Maulana Budiman

0 komentar:

Twitter adalah Fenomena

Twitter merupakan media jejaring sosial yang sedang digandrungi oleh masyarakat saat ini. Twitter mempunyai simbol burung yang sedang berkicau, bernama Larry The Bird, yang diambil dari nama seorang Biasanya, burung berkicau hanya sebentar, putus-putus, namun sering. Di Twitter, kita mengirim pepemain basket. Kicauan seekor burung ini dijadikan inspirasi oleh penemu Twitter, Jack Dorsey. san yang disebut “twit” hanya pendek-pendek, namun boleh sesering mungkin.

Berbeda dengan Facebook yang menjual ruang mengetik lebih luas, Twitter menyediakan ruang mengetik yang sangat sempit, yaitu hanya 140 karakter. 140 karakter itupun harus berkurang jika kita ingin mengirim pesan kepada teman-teman, yang biasa disebut dengan “sebutan” atau “mention”. Ketika kita ingin berbagi foto di Twitter pun memakan karakter. Jika Facebook bisa menyimpan foto lebih banyak dan lebih lebar, Twitter tidak. Foto yang akan kita bagikan ini tergantung dari link tempat mengolah foto tersebut, misalnya dari pic.twitter, yfrog, twitpic, atau instagram.

Namun, mengapa orang-orang justru lebih memilih Twitter sebagai media untuk berbagi informasi? Menurut saya, sempitnya ruang mengetik itu merupakan seni tersendiri. Kita dituntut untuk pintar memainkan kata-kata yang ringkas namun mengena. Sebab, ketika kita hanya ingin berbagi informasi tentang sesuatu yang simpel, misalnya hanya ingin memberi tahu perasaan kita: “sedang bersemangat”, ruang mengetik Twitter cukup efektif. Adapun jika kita mengirimnya melalui status Facebook, rasanya sia-sia karena ruang mengetik Facebook memang bertujuan untuk mengirim kalimat yang panjang.

Twitter bermain dalam detik. Artinya, sekali twit, hanya membutuhkan waktu satu detik untuk sampai ke publik. Sudah menjadi sifat dasar manusia yang tidak bisa menahan perasaannya sehingga membutuhkan media untuk berbagi. Ketika akan membagi informasi, kita pasti akan memikirkannya terlebih dahulu, informasi tersebut penting atau tidak. Jika hanya sekedar membagi perasaan, kita tentu tahu bahwa hal tersebut tidak penting. Maka, Twitter merupakan jawaban yang tepat sebab sekali dikirim ke lini masa, twit tersebut akan mudah tenggelam oleh twit orang lain, kecuali jika di-retweet oleh orang lain. Sekali twit lagi, di saat yang sama, orang lain juga mengirim twit sehingga saling tumpang tindih. Hal ini berbeda dengan Facebook. Memang, Facebook juga bermain dalam detik, namun status update yang kita kirim bisa awet di linimasa dan tidak mudah tenggelam jika yang memberi komentar atau sekedar memberi “like” terus bertambah. Sekali dikomentari, status tersebut akan muncul kembali ke permukaan. Nah, jika kita merasa status kita tidak penting, rasanya malu jika status tersebut banyak dikomentari sehingga awet di lini masa. Dikhawatirkan, ada orang yang merasa terganggu dengan status tidak penting kita.
Pada tanggal 9 Oktober 2012, Tempo Interaktif membahas tentang hal-hal yang terjadi di dunia dalam waktu 60 detik, salah satunya adalah tentang Twitter. Betapa mengejutkan. Dalam 60 detik, 98.000 kicauan baru muncul di Twitter dan 320 akun baru muncul. Bayangkan, misalnya kita mengikuti 98.000 akun Twitter yang semua pemilik akun tersebut mengirim twit pada saat yang bersamaan, wawasan kita semakin luas. Sebab, dari twit-twit tersebut, pasti akan ada kemiripannya antara yang satu dengan yang lain. Kemiripan tersebut terletak pada topik yang sedang dibahas. Apalagi, terdapat fasilitas Retweet yang memungkinkan sebuah twit bisa menjadi berlipat-ganda jika di-Retweet oleh banyak orang.
Dalam Twitter terdapat istilah “Trending Topic”. Artinya, topik yang sedang dibahas oleh pengguna Twitter yang mempunyai kesamaan kata. Misalnya, ketika Indonesia berhasil memecahkan rekor Trending Topic World Wide ketika sedang membicarakan Sean Idol yang menyanyikan lagu “Firework” dengan bagus, para pengguna Twitter sepakat untuk mengirim twit dengan kata: “Sean – Firework”. Masyarakat Indonesia merasa bangga jika hasil twitnya berhasil memasuki 10 besar Trending Topic World Wide.

- Contoh Trending Topic -

Adanya trending topic itulah yang membuat kita menjadi lebih up to date terhadap suatu permasalahan yang sedang berkembang. Saking cepatnya twit-twit itu bermunculan, media yang seharusnya bertugas untuk memberitakan suatu peristiwa akhirnya kalah. Bukannya kita yang membicarakan sesuatu karena tahu dari media, tetapi justru media yang akan memberitakan sesuatu dari perbincangan di Twitter.
Namun, dari perbincangan di Twitter tersebut, sangat mungkin timbul fitnah atau berita bohong di dalamnya. Seseorang pasti akan lebih tertarik pada berita yang menghebohkan atau tidak masuk akal, namun bohong. Jika semua orang beranggapan seperti ini, akan menjadi trending topic yang kebenarannya harus dibuktikan lagi. Misalnya, ketika trending topic-nya berbunyi “RIP Jackie Chan”, sebagian besar masyarakat tidak percaya akan hal tersebut. Maka, mereka mengirim twit tentang ketidakpercayaannya tersebut. Ketika semua orang merasa tidak percaya dan semua mengirim twit, terjadilah trending topic. Maka, seolah, berita meninggalnya Jackie Chan itu benar, padahal yang benar adalah sebagian besar orang merasa tidak percaya tentang kabar meninggalnya Jackie Chan.
Fitnah pun juga bisa menyebar melalui persamaan twit untuk menjelek-jelekkan seseorang. Hal ini bisa kita lihat ketika proses pemilihan Hakim Agung di DPR beberapa waktu lalu. Saat proses fit and proper test, ada salah satu calon Hakim Agung bernama Daming Sunusi yang menjawab pertanyaan anggota DPR dengan kontroversial, namun itu di luar dugaannya. Maka, masyarakat ramai-ramai menghujat Daming Sunusi di Twitter, bahkan sampai berujung pada pemboikotan atau penolakan Daming Sunusi menjadi Hakim Agung. Padahal, saya tahu betul sosok Pak Daming Sunusi. Beliau adalah seorang hakim yang mempunyai rekam jejak yang bagus, tidak pernah menerima suap, serta religius. Pertanyaan dari anggota DPR dijawab dengan jawaban yang sungguh tidak masuk akal jika dijawab oleh seorang Daming Sunusi. Namun, saya masih percaya bahwa beliau adalah orang yang baik. Setelah itu, beliau meminta maaf kepada publik atas ucapannya sambil menangis. Tangisannya merupakan tangisan yang tulus serta benar-benar khilaf.

Sementara itu, apa yang dilakukan masyarakat di Twitter? Mereka justru menghujatnya dan tidak menerima maafnya. Peribahasa “karena nila setitik, rusak susu sebelanga” rupanya cocok dialamatkan kepada Pak Daming. Mereka tidak memperhitungkan rekam jejak Pak Daming sebelumnya. Atas komentar mainstream masyarakat, maka muncullah akun Twitter sebagai penyeimbang bernama: @DukungDaming yang menjelaskan tentang kebaikan-kebaikan Pak Daming. Akun ini mendapat banyak tanggapan positif, meskipun tidak sebanyak para penghujat Pak Daming. Namun, akun @DukungDaming di-suspend oleh seseorang yang tidak menyukainya. Maka, si admin tidak menyerah dan membuat akun baru bernama @BelaDaming.
Dari kasus Pak Daming, saya bisa menarik kesimpulan bahwa pasti akan ada akun-akun baru sebagai tandingan atas mainstream pendapat yang sedang berkembang. Jika kedua kubu sama kuatnya, lini masa twitter kita akan semakin ramai. Maka, kedewasaan kita dalam menyikapi isu di Twitter sangat diperlukan. Jangan sampai hanya karena mainstream, kita jadi ikut-ikutan. Perlu kajian yang lebih banyak untuk menyelidiki isu tersebut, karena bisa saja satu twit sangat berpengaruh terhadap opini publik, terutama jika twitnya di-retweet oleh banyak orang. Me-retweet kabar burung berarti telah menyumbangkan satu fitnah yang juga bisa diikuti oleh orang lain.
Baik, kembali lagi kepada bahasan tentang sedikitnya karakter di Twitter. Bagaimana jika kita ingin membagi informasi yang panjang? Biasanya, masyarakat memakai tanda pagar atau sering disebut hashtag. Hashtag ini bertujuan untuk memudahkan para pembaca jika ingin mendalami suatu isu di Twitter. Hashtag tersebut juga bertujuan agar bahasan kita di Twitter lebih terfokus. Sebab, Twitter hanya menyediakan 140 karakter, sementara kita ingin mengirim twit yang banyak. Maka, seperti burung yang berkicau putus-putus, kita membagi informasi secara terputus-putus juga. Untuk menyatukannya, pakai hashtag.Tinggal klik hashtag-nya, kita akan terfokus pada isu tersebut. Misalnya, saya sedang kuliah twit (kultwit) tentang SNMPTN Tahun 2013, yang saya kirim dalam puluhan twit. Agar masyarakat lebih mudah membaca twit saya tentang hal ini, saya memakai hashtag #SNMPTN13. Maka, tinggal klik hashtag tersebut, masyarakat bisa terfokus ketika membaca twit-twit saya.
Namun, Twitter tidak selamanya lancar. Saking butuhnya masyarakat akan informasi yang berasal dari Twitter, bisa saja terjadi kesalahan di Twitter, yaitu “Twitter is over capacity”. Beberapa menit yang lalu sempat terjadi hal demikian, sangat susah untuk mengirim twit. Jika masyarakat tidak membutuhkan Twitter, peristiwa tadi  merupakan hal biasa. Namun, Twitter sangat dibutuhkan masyarakat. Contohnya, ada seorang pengguna Twitter yang mengirim twit: “Twitter error berdampak sistemik”. Mungkin, orang tersebut sedang sangat membutuhkan Twitter untuk berbagi dan mendapatkan informasi.
Apapun yang terjadi di sana, Twitter hanyalah dunia maya yang bahkan bisa menyaingi media. Namun, dari dunia maya tersebut, bisa saja berdampak sistemik ke dunia nyata. Maka, sekali lagi, kedewasaan sangat diperlukan dalam menyikapi isu yang sedang berkembang di Twitter. Kaji lebih dalam tentang isu yang berkembang, jangan sampai kita hanya mengikuti mainstream yang belum tentu benar. Hati-hati, Twitter itu berdampak sistemik.

Mahasiswi Fak. Hukum | @cipukoya

0 komentar:

Jangan Nulis !


Biarpun ada tokoh yang bilang: "Biarpun dia memiliki pemikiran besar, tapi jika tidak ditulis maka akan ditelan zaman". sudah abaikan saja, toh itu hanya pendapat biarpun dia telah membuktikannya.

Lupakan saja, jangan nulis. nulis itu susah.. bayangpun! kamu harus menuangkan imajinasimu, kegelisahanmu, kreasimu untuk dikomunikasikan kepada orang yang mau baca lewat tulisan. kamu harus mencari suatu ide untuk dikembangkan jadi sebuah susunan paragraf yang satu sama lain ga boleh ga berkesinambungan, apalagi harus saling mengisi kekosongan. yang paling susah adalah ketika kamu harus seolah-olah menjadi seorang pembaca tulisanmu sendiri. harus sekali tarikan nafas bacanya dan ga berbelit-belit.

Ga usah bikin tulisan, selain kamu harus bersusah payah menemukan kekhasan gaya menulismu kamu juga harus bisa mengklafikasikan tujuan tulisan yang ingin kamu bikin.seenggaknya kamu harus bersusah payah untuk mencoba mencari data, argumen atau gagasan orang untuk mendukung supaya idemu terkesan logis dan bisa dipertanggungjawabkan. apalagi kamu harus berfikir keras gimana caranya tulisanmu tetep terkesan santun dan tidak merendahkan jika ingin mengkritisi suatu Aktor tertentu.Nulis itu susah, untuk menjadi seorang penulis yang jago, kamu kudu mencoba berulang-ulang dan kudu siap sakit hati jika dikritik. ga berbobot lah, pemula lah dll.

Nulis itu berat, untuk kategori paper resmi ilmiahsetidaknya kamu kudu membiasakan diri memakaibahasa Indonesia sesuai EYD, Bahasa Inggris britis ato amrik lengkap dengan paketan budayanya, ukuran font, jenis huruf deelel. kamu juga harus mempelajari aturan-aturan penulisan kayak catatan kaki, huruf kapital, sambung, miring pisah, kata serapan, daftar pustaka dll. padahal ketika sekolah saya yakin B. Indonesia kurang diminati untuk anak yang tertarik pada eksak seperti kita.

Nulis itu ribet, Bikin proposal misalnya. kamu kudu mengikuti aturan-aturan yang kudu tertib. ga bisa berekspresi sebebasnya. bikin tulisan tipikal narasi juga ga kalah ribet, alurnya harus jelas, ada tokoh ke satu, tiga. waktu, latar dsb. apalagi kamu harus tegas apakah itu mau diarahin ke cerpen, novel atau dongeng pengantar tidur. tapi sebelum kamu nulis kamu kudu klasifikasikan itu fiksi ato non fikisi.

Nulis itu kudu tanggungjawab, yaiyalah. jika kamu pengen ngangkat sebuah kasus, kamu kudu senggaknya punya data dan cukup realistis. ga memberi efek destruktif dsb.

pokoknya Nulis itu ribet deh, seribet kamu memahami tulisan ini.

                                                                                           Bukan Anak Sastra UGM | Iftor Ilyas Rizky 

1 komentar:

Mimpi Untuk Negeri

Bercerita tentang sebuah negara, yang mengundang kerling mata dunia. Negara Kesatuan Republik Indonesia, melodi maritim dan dirgantara. Seyogyanya merajai lautan dan pesawat terbang angkuh mengangkasa. Namun mimpi buruk pembubaran IPTN, mengusik cita - cita.
Tanah subur gemah ripah loh jinawe. Hijaunya lembah mengungkap ini jamrud khatulistiwa. Namun yang kubaca, para petani kecewa. Tak jua mendapat sejahtera, justru lahan garapan menjadi sengketa.
Beribu suku membuat dunia cemburu. Elok nian budaya warisan pendahulu. Negara timur yang santun, bersatu dalam kebinekaan bagai harmoni sebuah lagu. Kini tak lagi kurasa itu, entah apa budaya yang kini diseru. Westernisasi menghujam jantung, jauh merasuki seluruh pembuluh.
Duhai, dimana para sarjana? Yang katanya belajar perikanan, kehutanan dan pertanian. Dimana pula sembunyi para sastrawan, yang membakar api keberanian? Dimana para calon pemimpin berhati berlian? Siapa pula menyumpal mulut mulut ahli hukum? Apa dokter tak lagi tertarik pada masyarakat miskin di pelosok negeri? Dan para ahli ekonomi, tiadakah hasrat mengabdi pada tanah air sendiri?
Ataukah kita tak punya cendikia? Kita nodai ilmu yang mulia. Tidak sungguh- sungguh mempelajarinya. Melalui perkuliahan dengan cuma- cuma. Belajar saat ujian menjelang. Nilai menjadi tujuan. Hingga ilmu kecewa karena diacuhkan. Tak lagi turun manfaat dari Tuhan.
Hanyalah sejuta cinta yang ingin kuberi. Lewat hati, lisan dan tanganku yang awam. Maka menjadi dokter adalah pilihan. Bukan hanya berakhir pada rumah sakit mewah yang nyaman dan berbayar besar. Namun mengabdi pada tanah air. Dimana aku lahir, menangis untuk pertama kali.
Tuhan, ini doa untuk negeri. Agar para wanita Gayo bisa melahirkan dengan baik, tidak di depan asap pemicu iritasi. Agar tak ada lagi anak anak NTT menderita busung lapar, berperut buncit. Agar dokter dokter di pedalaman tak lagi berhadapan dengan parang saat ingin memberi imunisasi. Agar, agar, agar... 
Beribu doa Tuhan.. Rengkuhlah.. 
 
sumber foto : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOnSRAFZjnCgFzXRnAwynDJhz251mL58Udas0e-Xhhn9NPYiuzGdtAIYNCoZYM30mTHQilGDkmDmCjhDrRZz7YiuA8GJmkBPJxKnfMgX-koSRIxlb4c2QheSmETNFFC3WQiXnRCCH-xNM/s1600/INDONESIA_by_encoretheangel.png

 
Fathih Kaldani | Mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM 2010 |

0 komentar: